Hanya 37 Orang yang Lolos Seleksi Ritual Adat
Menembus hutan belantara Gunung Bondang bukanlah hal mudah, terlebih tim
Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang terdiri dari ratusan anggota. Dari
jumlah tersebut hanya 37 orang saja yang berhasil melewati seleksi
ritual adat. Seleksi ini baru yang pertama dari rangkaian ritual yang
harus dilakukan untuk memasuki kawasan gunung Bondang.
Secara geografis, keberadaan Gunung Bondang cukup unik karena menjadi
satu-satunya Gunung yang menjulang tinggi bukan saja di Kabupaten Murung
Raya tetapi di Provinsi Kalimantan Tengah. Puruk Batu Bondang memiliki 2
Puncak tertinggi yaitu Karewa dengan ketinggian 1410 MDPL dan Puncak
Lapak Pati 1400 MDPL dengan beberapa anak puncak. Di antara beberapa
puncak tersebut ada 3 puncak lainnya seperti Uwoi Pungkung, Anak Uning
dan Tintai Tamiang yang terdata oleh tim dengan ketinggian di bawah 1400
MDPL.
Gunung bondang sendiri adalah ikon Kabupaten Murung Raya (Mura) yang
dijuluki Tana Malai Tolung Lingu, berdasarkan hasil temuan Tim Ekspedisi
Khatulistiwa 2012, wilayah gunung ini menyimpan potensi alam yang luar
biasa. Bukan saja flora dan faunanya yang masih terjaga keasliannya,
potensi wisata seperti Air Terjun dan goa pun bisa dijumpai disini.
Mulai dari desa kolam, desa Saruhung hingga ke Puruk Batu Bondang. Untuk
air terjun terbesar diantaranya yaitu air terjun Ongkong Kongkai dan
Gua Mahaju.
"Semua kekayaan alam yang dimiliki Mura ini bisa menjadi sumbangan bagi
ilmu pengetahuan. Informasinya ada spesies-spesies yang diduga baru dan
akan ditindaklanjuti oleh tim ekspedisi," kata Wakil Bupati Mura
Nuryakin, kepada Kalteng Pos.
Sementara itu salah seorang staf Humas Pemkab Mura yang ikut dalam tim
ekspedisi wilayah Mura menyebuy, sebagian besar anggota tim ekspedisi
kali ini adalah TNI dari sub korwil 04 Murung Raya, namun ada pula
anggota tim dari masyarakat sipil. Tujuan dari ekspedisi ini untuk
meneliti dan mendata potensi yang ada di kawasan gunung Bondang.
"Sebelum memulai ekspedisi, dilakukan lebih dulu rangkaian ritual adat,"
terang Joko.
Usai seleksi ritual adat yang disebut masyarakat setempat dengan Basi di
km 45 yang menjadi base camp ekspedisi. Ritual berlanjut dengan potong
pantan saat tim ekspedisi mencapai desa Sahurung di kaki Gunung Bondang.
Masih dalm rangkaian ritual tahap pertama, para penjelajah diberi
gelang adat berbahan baku dari rajutan kulit kayu khusus. Persiapan pra
pendakian berakhir dengan menaburkan beras kuning dan putih kepada para
pendaki.
Joko menyebut, saat berada di kawasan kaki pegunungan tim kembali
melaksanakan ritual tahap kedua di bawah kaki Puruk Batu Bondang sebutan
dalam bahasa Dayak Siang untuk Gunung Bondang. Mereka menyembelih dua
ekor ayam berbulu putih dan merah sebagai sesajian untuk memohon izin
kepada makhluk penunggu gunung sekaligus hadiah selayaknya orang
bertamu. Ritual ini dilakukan oleh Pak Tonok seorang kuncen (Pemandu)
tokoh adat dari desa Saruhung.
Hari pertama tim ekspedisi harus bermalam dikaki gunung Bondang, hal ini
dilakukan agar kuncen memiliki waktu berdialog dengan kepada penunggu
gunung. Tujuannya untuk menjelaskan maksud keberadaan tim yang akan
melakukan ekspedisi, supaya makhluk gaib di Puruk Batu Bondang tidak
salah paham. Maka dengan ini berakhirlah hari pertama penjelajahan tim
ekspedisi Khatulistiwa 2012.
Bertemu Kakek Bertapa Terbalik dan Tolung Lingu, Tanaman
Menurut mitos yang beredar di warga desa seputar Gunung Bondang, selama
berada di Kawasan Puruk Batu Bondang ada beberapa pantangan. Seperti
berkata jorok, berteriak, tertawa keras, buang hajat sembarangan, serta
mengambil sesuatu tanpa permisi. Dampak negatif yang bisa terjadi
seperti kesurupan atau sakit tanpa sebab atau berubahnya cuaca menjadi
ekstrim secara mendadak.
****
Selain hal negatif ada pula hal positif yang terjadi apabila para
penunggu Puruk Batu Bondang senang akan kehadiran orang yang berkunjung.
Biasanya disebut warga dengan "ketuahan" atau keberuntungan dengan
menemukan benda-benda aneh atau hewan dan tanaman dengan nilai ekonomis
atau magis tinggi.
Lamanya waktu pendakian yang dikomandoi oleh Letnan Satu Infanteri
Petrus Suryo Prabowo ini mencapai 4 jam perjalanan dan panjangnya ritual
dan kurangnya logistik yang dibawa ke puncak Karewa mengharuskan tim
turun kembali kaki gunung.
Keesokan harinya pada pendakian yang kedua
cuaca di Puruk Batu Bondang kurang bersahabat, tim yang ada jumlahnya
berkurang beberapa orang, karena tak melanjutkan mendaki.
"Tumbuhan yang dianggap sakral oleh warga setempat dan menjadi semboyan
Murung Raya yaitu Tana Malai Tolung Lingu ternyata bukan sekedar cerita
saja. Saat tim mendaki dijumpai Tolung Lingu (sejenis bambu) memang
tumbuh di puncak Lapak Pati. Walaupun, untuk Tolung Lingu tidak
memungkinkan untuk dijadikan sampel tetapi tim sempat mengabadikannya
dengan kamera foto," jelas Joko Santoso, staf Humas Pemkab Mura yang
ikut dalam ekspedisi.
Ia menambahkan, salah seorang anggota tim melihat penampakan makhluk
astral Puruk Batu Bondang, berupa sosok pertapa tua yang bermeditasi
dengan posisi terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas, berusia
sekitar 80 tahun. Rambut dan jenggot panjang memutih dan kuku panjang,
kakek ini berada di pohon yang sudah mati berdempetan dengan batu yang
ditutupi tebalnya akar beringin tak jauh dari puncak Karewa.
Temuan supranatural ini sayangnya tidak bisa diabadikan dengan kamera
video maupun kamera foto walaupun sudah berulang kali dicoba, tetapi
tetap saja tidak bisa diabadikan. Anehnya apa bila diamati secara kasat
mata bisa tampak jelas telihat.
Bila pada pendakian pertama suhu di puncak berkisar 13 derajat Celcius
sampai 15 derajat Celcius, di hari kedua berubah menjadi 7 derajat
Celcius hingga 11 derajat Celcius. Kondisi yang kurang menguntungkan
memaksa tim bermalam di Puncak Karewa dan di hari yang ketiga
melanjutkan pendakian menuju puncak kedua yang di sebut Lapak Pati.
Puncak kedua berhasil dicapai walau dengan cuaca yang masih tidak
bersahabat dan tertutup kabut tebal pada bagian puncak. Tim mendaki
dengan tubuh basah kuyup. Penaklukan puncak Lapak Pati ditandai dengan
berkibarnya Bendera Merah Putih di Puncak Lapak Pati di ketinggian 1400
MDPL.
Ada Udang Hidup di Lumut, Anggrek Tiga Warna, Jamur Merah Putih
Mengabadikan petualangan Tim Ekspedisi Khatulistiwa melalui rekaman
kamera dan lensa menjadi bagian penting dalam penjelajahan ini. Sebab
banyak kekayaan alam baik flora dan fauna yang bisa dikatakan unik dan
langka.
****
Selama melakukan pendakian menuju menuju puncak Gunung Bondang, banyak
flora fauna yang unik di temukan tim. Diantara temuan yang terbilang
langka tersebut adalah sejenis udang. Letak keunikan udang ini adalah
dari media hidupnya. Jika udang biasa kerap ditemui di perairan, maka
udang Gunung Bondang mampu hidup di sela-sela rimbunnya lumut basah yang
tumbuh endemik di Puncak Lapak Pati (puncak kedua di Gunung Bondang).
Hewan lain yang cukup unik yang dijumpai tim di kawasan Gunung Bondang
adalah Kura-kura yang mampu hidup di tengah gunung jauh dari sumber air
dengan kondisi cangkang yang ditumbuhi lumut.
Selain itu tim juga menemukan jenis anggrek dengan kuntum bunga yang
memiliki 3 corak warna atau dikenal dengan three color dari genus yang
belum diketahui. Fauna lainnya yang berhasil ditemukan serta belum
diteliti jenisnya yaitu jamur yang tumbuh di antara tebalnya lumut
dengan corak warna yang kontras merah dan putih.
"Flora dan fauna yang ditemukan tim di Gunung Bondang akan dilaporkan
tim ekspedisi dan selanjutnya diserahkan ke para peneliti untuk
ditindaklanjuti. Kita berharap melalui penelitian itu kekayaan alam yang
ada bisa dijaga dan dilestarikan," ucap Wakil Bupati Mura Nuryakin,
kepada Kalteng Pos beberapa waktu lalu menyikapi keunikan temuan flora
dan fauna di Gunung Bondang.
Sementara itu, staf Humas Pemkab Mura Joko Santosa menyebut selama
berada di kawasan Gunung Bondang merupakan pengalaman yang tak
terlupakan. Keakraban pun terjalin di antara sipil dan militer.
"Banyak pengalaman yang bisa di pelajari khususnya warga sipil yang ikut
dalam penjelajahan dan penelitian Gunung Bondang. Seperti cara berkemah
dengan nyaman dan menggunakan peralatan ala militer dalam bertahan
hidup dalam hutan," terang Joko.
Sekembalinya tim ke desa tempat awal mereka berangkat langsung di sambut
dengan upacara adat Pembersihan dengan pemberian gelang seperti di awal
penyambuatan. Dilanjutkan pembentangan kain di atas kepala seluruh tim
ekspedisi dan beberapa orang memecahkan piring putih sebagai tanda
pelepasan pengaruh negatif dari makhluk gaib gunung Bondang. Ritual ke
empat yang juga adalah ritual adat terakhir setelah melakukan
penjelajahan ditutup dengan pesta kecil dengan makan dan minum bersama. (Sumber Kalteng Pos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar